Tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak orang tua bangga yang bangga melihat anaknya yang masih berusia dini sudah pintar membaca dan menulis. Namun sedikit orang tua yang bangga bahwa ketika anaknya bisa buang air besar sendiri, mengganti baju sendiri, atau melakukan segala sesuatu secara mandiri.
Hal ini bisa jadi dikarenakan kurangnya sosialisasi terhadap orang tua siswa mengenai pendidikan anak usia dini (PAUD) yang baik. Banyak wali atau orang tua murid PAUD beranggapan bahwa keberhasilan pendidikan anak-anak mereka adalah ketika anaknya mampu membaca, menulis dan berhitung.
Usia Dini Identik Bermain
Masa usia dini adalah waktu untuk bermain. Pembelajaran yang dilakukan pun berupa belajar seraya bermain. Calistung (membaca, menulis, berhitung) memang tidak bisa dijadikan ukuran keberhasilan seorang anak ketika lulus dari PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).
Pembelajaran di PAUD lebih difokuskan untuk merangsang lima lingkup perkembangan anak usia dini yang meliputi fisik motorik, kognitif, bahasa, sosio-emosional, dan nilai-nilai agama. Calistung sendiri baru boleh diajarkan ketika anak sudah duduk di bangku SD.
Pada prinsipnya calistung tetap diajarkan di tingkat PAUD namun dengan tanda kutip, bagaimana seorang guru PAUD mengajarkan membaca dan menulis tapi tidak seperti cara yang dilakukan di jenjang SD. Jadi seolah-olah anak itu tidak merasa sedang belajar, padahal sebenarnya sedang belajar.
Sayang, banyak pihak yang kurang paham konsep pembelajaran anak usia dini. Selain itu dari Dinas pendidikan sendiri kurang melakukan peninjauan secara intensif untuk benar-benar mengimplementasikan larangan calistung.
Tes Calistung Masuk SD
Tidak dapat dipungkiri adanya tes calistung yang dilakukan SD untuk menerima siswa baru, secara tidak langsung akan menekan PAUD untuk dapat memenuhi kualifikasi yang diharapkan. Akhirnya, pembelajaran calistung ditingkat PAUD pun tidak dapat dielakkan.
Padahal ada larangan tes Calistung (membaca, menulis dan berhitung) untuk masuk ke jenjang SD. Larangan tersebut menjadi perhatian beberapa pihak, mulai dari praktisi pendidikan hingga masyarakat umum. Larangan tersebut semakin meruncing ketika ditegaskan secara ulang oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Isu larangan Calistung sebagai tes untuk masuk SD sudah merambah ke seluruh lapisan masyarakat. Sayangnya, isu yang beredar tidak sepenuhnya diterima secara positif. Banyak pihak salah mengartikan dan menerimanya secara mentah.
Banyak pihak yang peduli pendidikan termasuk dosen PAUD gencar melakukan penyuluhan mengenai standarisasi dan prinsip mengajar PAUD. Guru PAUD harus tetap mengutamakan pembelajaran yang sebagaimana semestinya. Tidak perlu mengada-ada harus hebat membaca , menulis, dan berhitung karena hal tersebut akan sangat berpengaruh pada anak di kedepannya.
Bila Balita Pintar Membaca Dan Menulis – Lentera Keluarga