Fobia Anak Tidak Mau Pergi Sekolah

Pergi ke sekolah bagi kebanyakan orang merupakan aktivitas yang menyenangkan, mereka tak sabar untuk hadir di sekolah dengan berbagai alasan. Dua persen dari anak usia sekolah mengalami penolakan sekolah. Bukan membolos, tetapi sama sekali menolak pergi ke sekolah, suatu fobia sekolah. Fobia sekolah banyak dimulai pada usia 5-7 tahun.

Anak yang pembolos mempunyai karakter yang berbeda, mereka mempunyai perilaku antisosial, dan tidak cemas kalau tak mengikuti pelajaran, dan mereka tak berada di dekat orangtua atau kontak dengan guru ketika membolos.

 

Apakah Fobia Sekolah itu?

Fobia sekolah merupakan suatu fakta bahwa anak sangat cemas dan menolak pergi sekolah. Fobia sekolah erat hubungannya dengan menolak sekolah, dikenal sebagai school avoidance. Fobia digambarkan sebagai ketakutan yang luar biasa tanpa sebab yang jelas. Fobia dapat menyebabkan kecemasan besar atau serangan panik. Serangan panik merupakan keadaan cemas sangat besar, dimana orang merasa waktunya mati sudah dekat, tercekik tak mampu bernafas, bukan disebabkan karena gangguan fungsi tubuh.

Fobia sekolah banyak dimulai pada usia 5-7 tahun, juga remaja. Seringkali fobia sekolah dimulai sesudah liburan atau tak masuk sekolah karena sakit. Ketakutan pergi sekolah menimbulkan stres besar pada anak sendiri dan orangtuanya. Dalam kehidupan seseorang yang pernah fobia sekolah, di kemudian hari dapat mendorong terjadinya kecemasan dan depresi pada orang tersebut.

Apakah penyebab Fobia Sekolah?

Salah satu sebab anak tidak mau pergi sekolah adalah ketakutan berpisah dari orangtua atau orang dimana ia nyaman melekatkan diri. Dalam istilah psikologi dikenal sebagai cemas perpisahan. Meski ibu atau ayah tempat ia melekat marah besar kepadanya, ia tetap tak akan pergi ke sekolah.

Penyebab lainnya adalah sakit, kecelakaan, perceraian, kehadiran adik baru lahir, dan berpindahnya tempat tinggal merupakan penyebab lainnya dari fobia sekolah.

Selain penyebab yang berasal dari rumah juga dimungkinkan penyebab dari sekolah seperti ketakutan pada guru atau murid-murid lain, takut mengerjakan tugas di muka kelas atau diolok-olok di sekolah.

Apakah tanda awal anak menolak sekolah?

Jika ia masih diijinkan menangis, ia akan menangis ketika tiba waktunya untuk pergi ke sekolah. Orangtua sangat sulit memaksanya berangkat sekolah, meski telah menjanjikan bermacam hadiah sebagai iming-iming. Ia akan deg-degan, berkeringat dingin, sakit kepala, mual, muntah, diare, gemetar atau kejang.

Ketika memikirkan sekolah pun gejala mual, muntah, diare, sakit kepala sudah muncul. Anak menjadi menarik diri tak mau berhubungan dengan siapapun, sedih, tak dapat bermain ataupun melakukan kegiatan.

Apa yang terjadi jika menolak pergi sekolah diabaikan?

Jika tidak ditangani, penolakan pergi sekolah dalam jangka panjang akan memberi stres besar pada keluarga. Dapat terjadi kemerosotan kemampuan berpikir, buruknya interaksi dengan orang, penolakan mandiri dengan tidak mau menolong kehidupan diri sendiri, gangguan psikologik dan psikiatrik.

Apa yang dapat dilakukan?

Lakukanlah konseling dengan psikiater atau psikolog klinis guna membantu menghilangkan kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri. Kunjungan konseling, atau lebih tepatnya psikoterapi dapat dijadwalkan oleh orangtua dan anak secara intensif dan berkesinambungan. Terapi ini tidak dapat dijalani hanya dengan datang dua atau tiga kali, namun memerlukan penjadwalan sesuai kebutuhan anak dan orangtua.

Seringkali psikiater akan memberikan obat untuk ditelan jika dijumpai gejala yang memerlukan terapi anti cemas, antidepresi, pemulihan mood. Bagi anak dengan gangguan atensi dan konsentrasi mungkin diberikan psikostimulan untuk memperbaiki energinya.

Membuat diri orangtua menerima anak yang menolak sekolah sangat berat. Seringkali orangtua menjadi jengkel, marah, sedih dan ini menambah ketakutan dan kecemasan pada anak. Para terapis akan memberikan pedoman akan apa yang perlu dilakukan di rumah dan aktivitas apa yang dapat membantu pemulihan. Dalam banyak situasi, perubahan sikap, pikiran dan tindakan orangtua dan orang yang dekat dengan anak perlu direalisasikan.

Bagaimana menghadapi anak yang menolak sekolah?

Jika anak menolak pergi sekolah, periksa apa yang melatarbelakanginya. Dokter akan mungkin membantu pemeriksaan kesehatannya. Jika ia sehat, periksa apakah ada peristiwa pemicu tak mau sekolah . Kadang anak dapat didorong kembali ke sekolah oleh teman-teman yang merasa membutuhkannya. Bilamana anak mengeluhkan hal tentang tes, ulangan, menyontek atau hal spesifik lainnya, maka ajaklah guru membicarakan solusi, terutama wali kelas dan guru konseling. Strategi yang dilakukan beberapa orangtua adalah memberikan rasa aman pada anak dengan menemaninya ke sekolah atau memberikannya aktivitas yang disenangi sesudah sekolah dijalani.

Bilamana upaya ini tak lagi berhasil, maka mutlak diperlukan pendekatan terapis profesional dan mengubah beberapa sikap perilaku orangtua yang meningkatkan kecemasan atau menurunkan rasa percaya diri anak.

Terapi sangat tergantung kasusnya. Banyak anak yang menolak sekolah karena suatu alasan seperti takut disiplin sekolah, merasa tak mampu bergaul, kemudian tinggal di rumah asyik dengan permainan dengan diri sendiri (menonton TV, bermain video game). Perencanaan terapi yang memerlukan dukungan penuh orangtua akan sangat menolong. Tanpa perbaikan sikap perilaku orangtua, keberhasilan dipertanyakan.

 

Anak Tidak Mau Pergi Sekolah – Lentera Keluarga

Recommended For You

About the Author: Keluargaku

Lentera Keluarga turut mengantar menuju masyarakat Indonesia yang mandiri dan sejahtera

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *