Orang tua terkadang dibuat jengkel anak jika sulit diajak ngomong serius, tidak bisa diam dan bertingkah laku sangat aktif, atau tidak konsentrasi terhadap apa yang dia kerjakan. Bisa saja anak mengalami gangguan pemusatan perhatian (GPP). Namun orang tua jangan panik dulu, pada dasarnya perilaku di atas dialami hampir semua anak karena merupakan bagian dari proses tumbuh kembangnya.
Anak Dengan Gangguan Pemusatan Perhatian
Gangguan Pemusatan Perhatian (Attention Deficit Disorder) merupakan gangguan ketidakmampuan berkonsentrasi yang ditandai dengan manifestasi masalah hiperaktif, impulsif, dan pemusatan perhatian yang kurang. Gangguan ini sering terjadi pada usia anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa.
Anak yang mengalami gangguan konsentrasi umum tampak sangat mudah terganggu, impulsif, selalu tampak gelisah atau terlalu aktif, dan memiliki kesulitan untuk bertahan melakukan suatu tugas. Beberapa anak malah cenderung tampak melamun, dan sulit untuk mengikuti instruksi atau sulit mengendalikan dirinya sendiri. Ini Beberapa Tipe Anak Dengan Gangguan Pemusatan Perhatian (GPP)
Lalu, apa yang sebaiknya orang tua lakukan?
Memang gangguan pemusatan perhatian jarang didiagnosis untuk anak di bawah 5 tahun, karena masih bisa dianggap sebagai bagian tumbuh kembangnya, sehingga tak jarang orang tua berpikir, “Ah dia masih kecil, 3 atau 4 tahun, nanti besar paling bisa sendiri.”
Anggapan ini tidak salah, karena memang ada anak yang sambil tumbuh, konsentrasinya dan kontrol dirinya juga lebih stabil. Tetapi kenyataannya lebih banyak yg tidak demikian, karena faktor lingkungan juga tanpa disadari memicu anak untuk mengalami konsentrasi, misalnya terlalu banyak bermain video game atau nonton TV dicurigai sebagai faktor pemicu.
Jika si anak sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, atau kegiatan belajar dan interaksi sosialnya, serta cukup konsisten/permanen muncul selama sekitar 6 bulan berturut-turut, ada baiknya kita memberi perhatian ekstra.
Kalau dirasa perlu silakan konsultasi dengan psikolog atau dokter anak untuk memastikannya. Jika hanya kadang muncul dan kadang tidak, ada baiknya kita belajar memahami bagaimana membantu mereka, karena konsentrasi bisa dilatih maupun diajarkan.
Berikut beberapa yang sebaiknya dilakukan dan jangan dilakukan orang tua agar dapat membantu melatih anak untuk memusatkan perhatian.
Perlu dilakukan orang tua
Dapatkan perhatian mereka terlebih dahulu
Gunakan kontak mata dan sentuhan untuk mendapat perhatian mereka. Usahakan posisi mata sejajar (ada baiknya ketika bicara dengan anak dengan gangguan tersebut kita menekuk kaki/bertumpu di lutut untuk mendapat kontak mata).
Mendampingi anak pada waktu transisi
Misalnya di situasi sosial yang baru (misalnya ketika awal masuk sekolah), karena dia tidak dapat memprediksi apa yang akan dihadapi, dan ini dapat memicu terganggunya konsentrasi.
Lebih banyak membimbing daripada memaksa
Arahkan ke perilaku yang positif, karena semakin dilarang anak akan semakin memberontak.
Memberi penghargaan ketika anak melakukan perbuatan yang diharapkan
Bukan dengan pujian yang berlebihan atau membanjirinya dengan hadiah, tapi yang penting berikan penghargaan dan pengakuan bahwa dia berhasil memperbaiki perilakunya.
Memberi contoh yang sederhana dan jelas
Satu ’tugas/pesan/instruksi’ dalam satu waktu, pastikan dia memahami apa yang kita sampaikan.
Mendemonstrasikan perilaku yang diminta
Praktekkan apa yang anda instruksikan, tenang dan jangan terburu-buru sehingga anak dapat mengikutinya.
Melakukan kegiatan secara rutin dan terstruktur
Anak dengan kesulitan konsentrasi cukup sensitif dengan rutinitas. Jelaskan jika ada perubahan jadi anak tidak kaget.
Membuat aturan yang jelas
Buatlah aturan yang sederhana, jelas dan cukup adil diterima anak. Kita juga harus konsisten, karena anak akan bingung ketika misalnya saat ini boleh besok nggak, atau nggak boleh sama mama tapi papanya mendukung.
Mengurangi hal-hal yang memperburuk keadaan
Misalnya sementara singkirkan menarik atau barang berharga dari jangkauan anak, kalau itu membuat anda khawatir (seperti pajangan dari kristal atau guci yang menarik anak untuk “menyentuh”-nya)
Memberi kesempatan untuk melakukan instruksi
Misalnya dengan diperingatkan sampai tiga kali untuk memberi kesempatan mereka memperbaiki perilaku.
Memberi star charts (daftar bintang)
Terutama untuk menghargai anak ketika ia berhasil memperbaiki perilaku sulitnya.
Membantu dengan keterampilan sosial
Dampingi anak untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain, berbagi, bermain bersama. Cobalah mendiskusikan “masalah sosial”, misalnya tanyakan bagaimana reaksinya ketika ada temannya yang saling pukul atau berebut mainan, sehingga ia belajar menghadapi berbagai situasi sosial dengan lebih positif.
Membangun kepercayaan diri
Coba fokus pada hal positif dan kelebihan yang dimiliki anak, sehingga ia pun lebih positif melihat dirinya sendiri dan tidak selalu dipersalahkan. Lingkungan yang menyayangi, saling mendukung, dan konsisten sangat membantu anak untuk menumbuhkan kepercayaan diri.
Yang perlu dihindari orang tua
Fokus pada perilaku yang sulit/bermasalah
Orang tua akan dibuat panik ketika melihat betapa banyak perilaku yang harus diperbaiki, coba fokus pada satu hal sehingga anak pun tidak merasa, “Aku kok salah terus sih.”
Mengatakan “jangan” berkali-kali
Usahakan untuk lebih mengarahkan perilaku anak, kalaupun harus mengatakan “jangan” atau tidak boleh usahakan kita memberikan penjelasan “kenapa”-nya walaupun tidak saat itu juga anak perlu diberi umpan balik.
Berteriak
Selain menguras energi, anak akan sulit menerima inti pesan yang disampaikan orang tua bahkan menimbulkan penolakan dari anak
Memukul
Hal ini justru semakin membuat anak melawan
Konfrontasi
Menggunakan kekuatan untuk mengarahkan perilaku anak selain melelahkan dapat membuat putus asa karena mendapat penolakan. Libatkan anak untuk bekerja sama memperbaiki perilakunya
Menghadapi Anak Dengan Gangguan Pemusatan Perhatian