Peranan Ibu dalam pendidikan anak memiliki pengaruh yang sangat penting terutama pada awal-awal masa balita. Keberhasilan pendidikan anak sangat ditentukan oleh sentuhan tangan ibu meskipun keikutsertaan ayah tidak dapat diabaikan begitu saja karena keluarga menjadi lingkungan social terpenting bagi perkembangan dan pembentukan pribadi anak serta menjadi wadah awal tempat bimbingan dan latihan anak dalam kehidupan mereka.
Pada dasarnya kebutuhan seseorang meliputi kebutuhan fisik, psikis, social dan spiritual. Kebutuhan fisik mencakupi kebutuhan makan, minum, pakaian, tempat tinggal, dan lainnya. Kebutuhan psikis meliputi kebutuhan akan kasih sayang, rasa aman, diterima, dan dihargai. Sementara itu, kebutuhan social seperti bermain dengan teman akan diperoleh anak dari kelompok di luar lingkungan keluarganya.
Peran Ibu dalam Keluarga
Peranan ibu sebagai pemenuh kebutuhan bagi anak sangat penting, terutama ketika berusia 0–5 tahun. Pada saat itu, anak sangat bergantung pada ibu. Kemudian, ketergantungan itu tetap berlangsung sampai dengan periode anak sekolah, bahkan menjelang dewasa. Ibu perlu menyediakan waktu bukan saja untuk selalu bersama, tapi juga untuk berinteraksi atau berkomunikasi secara terbuka dan timbal balik dengan anaknya. Pendidikan yang didapat anak dalam keluarga meliputi, pendidikan iman, moral , fisik/jasmani, intelek , psikologis dan sosial.
Seorang ibu harus memberikan atau memenuhi kebutuhan anak secara wajar, tidak berlebihan, dan tidak kurang. Pemenuhan kebutuhan anak secara berlebihan atau kurang akan menimbulkan pribadi yang kurang sehat di masa yang akan datang. Dalam memenuhi kebutuhan psikis anak, seorang ibu harus mampu menciptakan situasi yang aman bagi putra-putrinya. Ibu diharapkan dapat membantu anak apabila mereka menemui kesulitan-kesulitan. Perasaan aman anak yang diperoleh dari rumah akan dibawa keluar rumah. Artinya anak tidak akan mudah cemas dalam menghadapi masalah-masalah yang timbul.
Peranan ibu sebagai suri teladan bagi anaknya bertujuan agar ibu mampu menjadi contoh bagi anak-anaknya. Mengingat bahwa perilaku orang tua, khususnya ibu, akan ditiru yang kemudian dijadikan panduan dalam perilaku anak, Ibu harus mampu menjadi teladan bagi mereka. Dalam hal ini yang harus diperhatikan oleh orang tua dalam mendidik anak adalah proses mendidik yang disesuaikan tingkat kecerdasan anak itu sendiri. Kecerdasan anak yang berumur 0–5 tahun terbatas pada inderawinya saja. Akal pikiran dan perasaannya belum berfungsi secara maksimal.
Sejak anak lahir dari rahim seorang ibu, ibulah yang banyak mewarnai dan memengaruhi perkembangan pribadi, perilaku, dan akhlak anak. Sejak saat itu, ia akan selalu melihat dan mengamati gerak-gerik atau tingkah laku ibunya. Berdasarkan tingkah laku ibunya itulah, anak akan senantiasa meniru, kemudian menerapkannya dalam kehidupan. Dalam perkembangan anak, proses identifikasi sudah mulai bias dilakukan ketika anak berusia 3–5 tahun.
Kini anak cenderung menjadikan ibu sebagai orang yang dapat memenuhi segala kebutuhannya atau orang yang paling dekat dengan dirinya dan sebagai fitur/contoh/teladan bagi sikap dan perilakunya. Dengan demikian, perkembangan kepribadian anak bermula dari keluarga, kemudian anak mengambil nilainilai yang ditanamkan orang tuanya, baik secara sadar maupun tidak. Dalam hal ini orang tua hendaknya menjadi contoh yang positif bagi anak-anaknya.
Jadi, untuk melakukan peran sebagai suri teladan, ibu harus memiliki nilai-nilai baik yang tercermin dalam sikap dan perilakunya. Hal ini penting artinya bagi proses belajar anak dalam usaha untuk menyerap apa yang ditanamkan. Sepatutnya, ibu tidak hanya bisa menyuruh anaknya, tapi juga mengajak anak melakukan langsung apa yang terbaik.
Ibu berperan sebagai pemberi motivasi bagi kelangsungan kehidupan anaknya. Sejak masa kelahiran seorang anak, proses pertumbuhan berbagai organ belum sepenuhnya lengkap.Perkembangan organ-organ ini ditentukan oleh motivasi/rangsangan yang diterima anak dari ibunya. Rangsangan yang diberikan oleh ibu akan memperkaya pengalaman dan mempunyai pengaruh yang besar bagi perkembangan kognitif anak. Bila pada bulan-bulan pertama anak kurang mendapatkan stimulasi visual, perhatian terhadap lingkungan sekitar juga akan berkurang.
Stimulasi verbal dari ibu akan sangat memperkaya kemampuan bahasa anak, baik dari kualitas maupun kuantitasnya. Kesediaan ibu untuk berbicara dengan anaknya akan mengembangkan proses bicara anak. Jadi, perkembangan mental anak akan sangat ditentukan oleh motivasi/stimulasi/ rangsangan yang diberikan ibu terhadap anaknya. Bentuk rangsangan dapat berupa cerita-cerita, alat permainan yang edukatif, atau bias juga mengajak anak berekreasi sehingga dapat memperkaya pengalamannya. Dalam hal ini sosok ibu dituntut untuk terus meningkatkan kualitas dirinya dengan memperkaya sebanyak mungkin ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sebagai modal awal dalam rangka keberhasilannya dalam memberi motivasi agar kehidupan anak yang cerdas serta sukses tercapai.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa kunci keberhasilan seorang anak dalam kehidupannya sangat bergantung pada peran ibu dalam memotivasi dan mendorong untuk mencapai cita-citanya. Sikap ibu yang baik (penuh dengan kasih sayang, memberi kesempatan pada anak untuk memperkaya pengalaman, menerima, menghargai, dan menjadi teladan yang positif bagianaknya) akan besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bagaimana gambaran anak akan dirinya ditentukan oleh interaksi yang dilakukan ibu dengan anak.
Diolah dari sumber: http//www.keluargasakina.com
Peran Ibu Dalam Pendidikan Anak – Lentera Keluarga
Bener bgt, ibu memiliki peran paling besar dalam pendidikan anak, sayangnya bnyk ibu skrg yg memperlakukan anak sewena-wena, atau klo gk gitu cnderung acuh..