Model pola asuh anak merupakan dasar pembentukan karakter anak yang pada dasarnya tidak tumbuh secara spontan dan instant. Karakter anak tumbuh dan berkembang melalui proses pola asuh yang panjang oleh orang yang mengasuhnya, baik orangtua biologis, maupun orangtua asuhnya.
Maka ketika kita berperan sebagai orangtua, bersiaplah menerapkan pola asuh yang tepat bagi pembentukan karakter anak yang teguh, tegar, tegas, teliti, toleran, tulus, dan terarah yang akan nampak nyata pada usia 18 tahun ke atas. Situasi masyarakat yang mempengaruhinya akan memperkaya dasar karakter kepribadian yang telah dibangun orangtuanya sejak ia mempunyai nama di dunia ini.
4 Pola Asuh Anak
Baumrind (1967) mengajukan empat macam pola asuh orangtua.
1. Pola asuh demokratis
Pola asuh anak yang mengutamakan kepentingan anak dengan tetap memberikan kendali atas anak. Dalam pola asuh ini ada dialog antara orangtua atas pilihan-pilihan anak dan pemberian keterangan orangtua atas apa yang menjadi opsi dan alasan pengambilan keputusan. Orangtua mematangkan alasan pemilihan dan tidak mengabaikan konsekuensi serta rasionalitas pilihan. Interaksi ini memberikan wawasan berpikir yang luas tanpa ketakutan mengemukakan pilihan. Orangtua bersikap realistis logis atas kemampuan anak dan tidak berharap diluar batas pemikiran anak. Anak-anak yang diasuh dengan cara ini akan tidak takut memilih, memilah, dan memutuskan, mudah bergaul, mampu menghadapi tekanan, berminat terhadap hal-hal baru dan dapat bekerjasama dengan orang lain.
2. Pola asuh otoriter
Orangtua menetapkan keputusan tak terbantahkan, wajib diikuti tanpa alasan apapun. Kebanyakan orangtua tipe pola asuh ini memberikan rasa tidak aman bagi anak dengan ancaman dan konsekuensi menakutkan atas pilihan yang ditempuh anak yang berseberangan dengan orangtua. Anak yang terbangun dengan cara ini merasa berada dalam ketidaknyamanan memilih. Kalau tidak menjadi penurut yang menyerahkan semua keputusan penting pada orang lain, ia akan menjadi pemberontak yang senantiasa berupaya berseberangan dengan pendapat otoritas. Gambaran yang mungkin terwujud dari anak-anak ini adalah tidak percaya diri, penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, kepribadian lemah dan seringkali menarik diri dari lingkungan sosialnya.
3. Pola asuh permisif
Hampir semua permintaan anak dipenuhi, dari pilihan yang masuk akal sampai yang tidak rasional. Orangtua dikendalikan anak, dan cenderung membela anak secara penuh tanpa cadangan. Orangtua sangat tidak tega mengambil keputusan yang bertentangan dengan pilihan anak dan takut melukai perasaan anak. Karakter anak menjadi impulsif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri dan kurang matang secara sosial.
4. Pola asuh penelantar
Anak tumbuh dan berkembang dengan sedikit dukungan fasilitas orangtua bahkan hampir tanpa fasilitas. Orangtua terlalu asyik dengan diri sendiri sehingga kurang mampu mengembangkan kepentingan pertumbuhan anak. Karakter yang terbentuk biasanya anak menjadi mudah berubah suasana hatinya, mudah tersinggung, mudah marah bahkan dengan mengamuk, kurang bertanggung jawab, sulit mengalah, rasa percaya diri rendah, sulit berkawan.
Model Pola Asuh Anak – Lentera Keluarga