
Pola asuh yang diterapkan oleh orangtua sangat memengaruhi perkembangan psikologis dan kepribadian anak. Salah satu gaya pengasuhan yang sering menjadi sorotan adalah otoritarianisme atau pola asuh otoriter. Berikut adalah ciri-ciri, sifat, serta dampak dari pola asuh otoriter dalam keluarga.
Ciri-Ciri Orangtua Otoriter
Disiplin yang Salah
- Menegakkan aturan tanpa mempertimbangkan kebutuhan emosional anak.
- Tidak menghargai keberhargaan diri anak.
Merasa Selalu Benar
- Orangtua sulit menerima kritik atau koreksi.
- Sering menggunakan kekerasan (fisik maupun verbal) dalam mendidik anak.
Komunikasi Sepihak
- Bahasa yang digunakan cenderung berupa perintah, ultimatum, dan penghakiman.
- Minim penghargaan, seperti pujian atas prestasi anak.
Berorientasi Hasil
- Hanya fokus pada pencapaian, tanpa memedulikan proses dan usaha anak.
Kurang Mendengar
- Lebih banyak berbicara dibanding mendengarkan anak.
- Ketika berbicara, cenderung bersifat menghakimi atau memaksakan kehendak.
Dampak Pola Asuh Otoriter pada Anak
Anak Pemberontak atau Penakut
- Anak yang berkepribadian kuat mungkin tumbuh menjadi pemberontak.
- Sebaliknya, anak dengan kepribadian sensitif cenderung menjadi penakut, minder, atau pasif.
Takut, Bukan Hormat
- Hubungan orangtua dan anak didasarkan pada rasa takut, bukan saling menghormati.
Kehilangan Kepercayaan Diri
- Anak merasa tidak dihargai sehingga sulit mengembangkan rasa percaya diri.
Kualitas Hubungan yang Rendah
- Minimnya komunikasi dua arah menyebabkan renggangnya hubungan emosional dalam keluarga.
Rentan Terhadap Pengaruh Luar
- Anak yang tidak merasa nyaman di rumah lebih mudah terpengaruh oleh lingkungan luar, baik yang positif maupun negatif.
Menghindari Pola Asuh Otoriter
Meningkatkan Komunikasi Dua Arah
- Dengarkan pendapat anak tanpa menghakimi.
- Bangun kepercayaan dengan memberikan ruang bagi anak untuk berbicara.
Hargai Usaha dan Proses
- Berikan pujian atas usaha anak, bukan hanya hasilnya.
Berempati dan Bersabar
- Pertimbangkan perasaan anak dalam setiap keputusan.
- Kurangi penggunaan kekerasan fisik atau verbal.
Fleksibilitas dalam Aturan
- Tetap tegakkan disiplin, namun sesuaikan dengan kebutuhan anak.
- Berikan penjelasan logis atas setiap aturan yang diterapkan.
Kesimpulan
Pola asuh otoriter mungkin dirancang dengan tujuan baik, seperti mendisiplinkan anak, namun efek jangka panjangnya justru berisiko merusak hubungan dalam keluarga. Komunikasi yang sehat, empati, dan penghargaan terhadap anak adalah kunci untuk menciptakan suasana keluarga yang harmonis dan mendukung perkembangan anak secara optimal.
Orangtua Otoriter – Lentera Keluarga