Negeri Batu Merah di Kota Ambon, Maluku, menjadi mengemuka karena prestasinya dalam menggerakkan seluruh potensi yang ada, sehingga berbuah menjadi sebuah Kampung KB unggulan. Hadirnya Masjid An Nur Batu Merah, yang sekaligus bisa menjadi potensi wisata religi di desa itu, ikut memacu percepatan perubahan yang terjadi di Batu Merah.
Secara administratif, Negeri Batu Merah merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, Maluku. Sementara secara geografis, Negeri Batu Merah berada sangat dekat dengan pusat pemerintahan, baik Kota Ambon maupun Provinsi Maluku. Kondisi ini menyebabkan Desa Batu Merah memiliki kerakteristik dinamika sosial berikut problem tersendiri.
Kampung KB Batu Merah
Data BKKBN pada 2014 memperlihatkan bahwa Kecamatan Sirimau menempati posisi teratas dalam hal jumlah penduduk. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa problem kepadatan penduduk, sebarannya dan pengelolaan kependudukan menjadi persoalan teramat sangat serius, terutama di desa/kelurahan yang memiliki akses mudah atau berbatasan langsung dengan pusatpusat pelayanan publik, seperti Negeri Batu Merah.
Ketiga problem kependudukan tersebut jika tidak tertangani dengan baik dan benar, akan sangat potensial memicu terjadinya problem-problem ikutan (rentetan dampak) lainnya seperti kemiskinan, kesehatan, pendidikan, lingkungan sosial, kriminalitas dan lain sebagainya.
Dengan luas wilayah yang tetap dan pertumbuhan penduduk yang terus bertambah, jelas menjadi persoalan serius yang dihadapi pemerintah Negeri Batu Merah. Tidak saja hari ini, tetapi terlebih lagi pada tahun-tahun mendatang.
Pemberdayaan memang harus dilakukan. Penduduk Batu Merah perlu mendapatkan sentuhan melalui intensifikasi program yang lebih cerdas. Maklum, angka pendidikan yang masih jeblok dan tingkat kesejahteraan yang tidak begitu bagus seharusnya menginspirasi banyak pihak untuk berbuat sesuatu di Batu Merah. Simak saja, masih ada 272 keluarga tergolong pra-sejahtera dan sejahtera 1 dari total 13.422 KK.
Untunglah Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga mendapat respon sangat baik dari masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat dari waktu ke waktu membaik. Tingkat partisipasi masyarakat sebagai akseptor KB adalah kenyataan yang harus direspon secara benar dan berkelanjutan.
Itulah potret Batu Merah sebelum hadirnya Kampung KB. Memang tidak begitu menggembirakan, meski intervensi terus dilakukan. Kehadiran Kampung KB ternyata mampu mempercepat gerakan pembangunan fisik dan mental warga kampung.
Kondisi Pasca Pelaksanaan Kampung KB
Respon yang baik itu menjadi modal awal keberhasilan Kampung KB Batu Merah meraih predikat bergengsi sebagai Kampung KB Terbaik tingkat Provinsi Maluku di 2016. Semua itu berkat kerja bareng mitra Kerja BKKBN. Sebut saja Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Ambon, Dinkes Maluku, Dinas PU Kota Ambon, Dinas Pendidikan Kota Ambon, Dinas Sosial Maluku, Dinas Perikanan dan PKK Kota Ambon.
Program yang telah dilaksanakan berupa pembangunan fisik, sanitasi air bersih, pembangunan jalan setapak masuk Kampung KB di RW 01 Batu Merah. Pembentukan kelompok BKB Holistik Integratif, (BKB, PAUD dan Posyandu), PIK Remaja, dan pemberdayaan ekonomi keluarga dengan kelompok UPPKS. Dan sederet pembangunan dan pemberdayaan masyarakat menuju keluarga yang memiliki ketahanan.
Wisata religi
Kehadiran Masjid An Nur Batu Merah di Desa Batu Merah, ikut memberikan warna tersendiri atas prestasi yang sudah dicapai Batu Merah sebagai Kampung KB. Sungguh masjid ini sangat bersejarah dan memiliki daya tarik tersendiri. Didirikan pada 1575 Masehi oleh Ibrahim Safari Hatala, masjid awalnya memiliki luas 10 x 15 Meter dengan arsitektur yang sederhana dan kubah yang berbentuk kerucut dengan atap terbuat dari daun rumbai dengan lantai pasir putih.
Tahun 1605 Masehi bangunan masjid di pugar menjadi bangunan permanen oleh Hasan Hatala dengan gelar Hatti Raja Hatala. Pemugaran kedua dilakukan tahun 1805 M oleh raja Abdurrahman Hatala. Tahun 1924 bangunan masjid dipugar kembali di bawah pemerintahan Raja Abdul Wahid Nurlette (ulama terkenal pada zamannya) dengan tidak menghilangkan bentuk aslinya.
Pada masa itu Buya Hamka yang menjadi Ketua MUI pertama di Indonesia dan Bey Arifin, ulama kondang dari Jawa Timur, pernah belajar bersama-sama dengan ulama-ulama di Masjid Batu Merah pada masa kebangkitan nasional.
Mengutip Direktori masjid Bersejarah terbitan Departemen Agama RI, tahun 1973-1974 dilakukan pemugaran kembali oleh raja Ahmad Nurlette. Tahun 1988 pemugaran dilakukan dengan mengganti dan memperindah tembok yang mengelilingi masjid dengan pilar-pilar semen kecil.
Kehadiran masjid yang agung itu menunjukkan bahwa Batu Merah merupakan pusat pemukiman penduduk Muslim di kecamatan Sirimau, Ambon. Dan program KKBPK tetap ‘berselancar’ dengan indahnya di bumi Batu Merah. Saling mengikatkan diri menuju penciptaan keluarga-keluarga yang sakinah, mawaddah, warrohmah.
Kehadiran masjid dengan sejarah panjang atas keberadaannya itu bisa dikembangkan menjadi wisata religi yang cukup menarik. Dan sekaligus ikut mendorong percepatan program pemberdayaan masyarakat melalui berbagai sektor.
Dalam hubungan keseharian dengan masyarakat lain, negeri Batu Merah diikat oleh sumpah sebagai saudara Pela (saudara pela adalah kerabat adat) Minum Darah negeri Passo dan diikat tali sedarah/kandung sebagai saudara gandong (saudara gandong adalah kerabat kandung) negeri Ema.
Wisata Religi di Kampung KB Batu Merah – Lentera Keluarga